top of page
Writer's picturesehat jiwamu

Bukan Hanya Kesehatan Fisik yang Perlu Diperhatikan Pada Masa Remaja




Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengatakan “Pada 2016, penduduk remaja berusia 10-24 tahun berjumlah 66,3 juta jiwa dari total penduduk sebesar 258,7 juta, sehingga satu di antara empat penduduk adalah remaja”.


Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja, yaitu seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi atau internet yang bebas dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Remaja adalah fase peralihan dari anak menuju dewasa yang merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang sehingga banyak terjadi perubahan pada diri sendiri. Mulai dari perubahan secara fisik, hormonal, kognitif atau kecerdasan, emosi dan perilaku. Selain itu masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, dimana mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Bahkan perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali hal itu bisa dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah atau kegiatan lainnya. Namun hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja akan mengalami perubahan yang dramatis dalam self-awareness. Remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan self-image. Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Dalam keadaan ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), dan apabila tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental.


Gangguan mental tersebut dapat menyebabkan seorang remaja melukai diri sendiri bahkan melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini dapat memicu masalah kehidupan mereka seperti ketidakbahagiaan dan penurunan kenikmatan hidup, konflik keluarga, sulit berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, tindakan kriminalitas, alkohol dan obat-obatan, bolos kerja atau sekolah, melakukan tindakan bullying kepada orang lain atau menjadi korban, sistem kekebalan tubuh lemah, sehingga tubuh kesulitan menghadapi infeksi, penyakit jantung dan kondisi medis lainnya.


Namun pada proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Kenyataannya, kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dalam hidup sehingga dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.


Keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan yang akan datang. Untuk itu mereka selayaknya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk perkembangan self confidence, role anticipation, role experimentation, dan apprenticeship yang sudah dimulai sejak masa anak dan pra-remaja sehingga masa kritis yang dijumpai di tahap remaja dapat dilalui dengan lancar. Walaupun secara rasional selalu dapat dilakukan koreksi dan kompensasi terhadap efek perkembangan kepribadian dan masalah psikososial yang dihadapi, namun hal ini tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar. Dengan demikian, lebih baik mencegah dengan memperkuat berbagai faktor protektif dan mengurangi sebanyak mungkin faktor risiko yang ada.


Kesehatan mental masih terdengar asing dibandingkan kesehatan fisik dikalangan remaja. Dalam menangani kesehatan fisik sangat terlihat nyata dan mudah kita sadari seperti pemberian imunisasi. Namun sebaliknya dengan kesehatan mental yang kurang terlihat nyata, tetapi kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan akibat dari permasalahan kesehatan remaja. Jadi, masihkah kamu menganggap kesehatan mental remaja tidak penting?


Ditulis oleh Gebby Reviana A

5 views0 comments

Коментарі


bottom of page